Selasa, 19 Februari 2013

KISAH PETANI WALI ALLAH

Kisah wali Allah kali ini adalah seorang petani shalih dari negeri Syiria. Pada Zaman asy-Syeikh al-Faqih al-Muthahhar Muhammad bin al-Asham terjadi sebuah kisah yang aneh dan menakjubkan tepatnya di daerah al-Humrah negeri Syiria. Di antara orang yang pernah mengunjungi Petani tersebut ialah asy-Syeikh Muhammad bin al-Asham.

Di sana tinggal seorang petani yang shalih dan suka berderma. Ia membangun sebuah masjid. Bila malam tiba ia senantiasa pergi ke masjidnya untuk sholat dan selalu membawa lampu dan berbekal santap malam. Jika Allah mentakdirkan ada orang yang membutuhkan sedekah, ia berikan bekal santap malamnya. Jika tidak ada, ia makan sendiri, baru kemudian melakukan sholat. Setiap hari demikian berlangsung terus.

Pada suatu saat Allah takdirkan di daerah ini terjadi krisis air. Banyak sumur yang kering, termasuk sumur miliknya. Petani itu dibantu oleh anak-anaknya bermaksud memperdalam sumurnya agar memperoleh air. Ketika ia sedang berada di dalam sumur tiba-tiba bibir sumur ambrol, sebongkah bibir sumur jatuh dan menguburnya.

Anak-anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melakukan penggalian mencari jasad ayahnya yang tertimbun, karena resikonya adalah nyawa mereka sendiri. Mereka pasrah, dan menjadikan di situlah kuburan ayahnya.

Enam tahun kemudian, anak-anaknya sedang memperbaiki sumur tersebut. Ketika penggalian sampai di bagian bawah, antara percaya dan tidak, mereka mendapati ayahnya masih hidup.

Berceritalah ayahnya: “Di dalam sumur itu ternyata ada goa, ketika dulu jatuh aku masuk ke dalam goa itu, aku tidak terkubur karena sebatang kayu mendahului jatuh di depan mulut goa sehingga menghalangi bongkahan–bongkahan bibir sumur yang ambruk. Di dalam goa amat gelap, beberapa saat kemudian Allah memberi pertolongan berupa munculnya sebuah lampu dan makanan yang biasa aku bawa ke masjid setiap malam, sehingga aku bisa bertahan hidup selama enam tahun”.

Tersiarlah peristiwa ini dan menjadi pelajaran yang berharga dan ramai diperbincangkan oleh manusia di pasar-pasar negeri Syiria.

(Lihat dalam Kitab al-Badru ath-Tholi’ juz 1 halaman 492 karya Imam Muhammad bin Ali asy-Syakani bab Biografi Ali bin Muhammad al-Bakri “Penulis Kitab Mathla’ al-Budur”).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar