Selasa, 26 Februari 2013

Al Hikam

AL-GHAZALI menceritakan sebuah kisah, bahwa disebuah rumah yang indah dan sedap dipandang mata. Disekeliling rumah itu, dirimbuni pelbagai pepohonan yang rindang. Halamannya penuh dengan rerumputan dan bunga yang menebar keharuman. Begitu mempesona dan memberikan rasa nyaman bagi siapapun yang menghuninya, karena memang dirawat sedemikian rupa dengan perawatan yangalami.
Di Kesenjaan usianya, si empunya rumah itu berwasiatkepada sang anak agar senantiasa menjaga dan merawat pohon dan rumput-rumput harum itu sebaik mungkin. Begitu pentingnya,sampai-sampai ia berkata " Selama engkau masih bertempat tinggal di rumah ini, jangan sampai tanaman itu rusak, apalagi hilang".
Ketika tiba saatnya ,si empunya rumah meninggal dunia,sang anak menjalankan apa yang telah di perintahkanmendiang ayahnya dengan sungguh-sungguh. Rumah itubetul-betul dirawat, demikian juga rerumputanya. Tidak hanya itu, si anak kemudian berinisiatif untuk mencari jenis tanaman lain yang menurutnya lebih indah harum untuk di tanam dihalaman rumah. Maka rumah itu semakin menggodauntuk dilihat dan dinikmati.
Si anak berbunga-bunga hatinya. Di benaknya terlintaskebanggaan bahwa dirinya telah berhasil menjalankan amanah dengan menjaga pepohonan dan rumput yang menjadi penyejuk rumah. Lebih dari yang di perintahkan orang tuanya. Bahkan akhirnya,tumbuhan baru yang ditanam si anak,mengalahkan rumput"asli" baik dari segi keelokan maupun harumnya.
Namun patut disayangkan,rumput dan tanaman yang pernah diwasiatkan orang tuanya akhirnya ditelantarkan. Sebab,sudah ada rumput lain yang lebih bagus,lebih sejuk di pandang dan sebagainya. Bahkan saat rumput "asli" tersebut rusak,tak ada penyesalan dalam hati si anak. "Toh,sudah ada rumputyang lebih bagus" fikirnya.
Tetapi anehnya, ketika rumput asli peninggalan orang tuanya rusak,dan musnah tak tersisa.,Bukan kenyamanan dan ketentraman yang di dapat. Karena ternyata,rumah itu lambat laun menjelma menjaditempat istirahat yang menakutkan. Betapa tidak,rumah itu dimasuki berbagai macam ular besar dan kecil yang membuat si anak itu harus meninggalkan rumah.
Mencermati cerita ini,AL GHAZALI memaknai wasiat orang tua itu dengan dua hal:
Pertama, Agar si anak bisa menikmati keharuman rumput yang tumbuh di sekeliling rumahnya. Dan makna ini bisa ditangkap baikoleh nalar si anak.
Kedua, agar rumah tersebut aman . Sebab, aroma rumput itu,mencegah masuknya ular ke dalam rumahnya yang tentu berpotensi mengancamkeselamatan penguhuninya. Namun makna ini tidak ditangkap oleh nalar sang anak.
Qadliyyah al-Tashawwuf al-Munqidh Min al-Dlalal,140

♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸. ­•*¨*•♫♥♥♥

Kisah ini sangat relevan jika dianalogkan dengan wasiat KH Hasyim Asy'ari untuk menghindari ajaran beberapa tokoh yang menurut beliau tidak layak untuk dijadikan panutan oleh kaum"Nahdliyyin" karena banyak hal yang bertentangan dengan apa yang diyakini dandiamalkan dalam tradisi Nahdliyyah.
Kata KH Hasyim Asy'ari,sebagaimana telah maklum bahwa kaum muslimin di kawasan jawa indonesia sejak dahulu kala menganut satu pendapat dansatu madzhab,satu sumber. Dalam fiqh menganut madzhab Imam Syafi'i, dalam ushuluddin(tauhid) menganutmadzhab Abu Hasan Al-Asy'ari, dan dalam tasawwuf menganut madzhab Imam Ghazali dan Imam Abil Hasan As-Syadzili.
Kemudian pada tahun 1330 H,muncullah berbagai kelompok dan pendapat yangbertentangan serta tokoh yang "KONTROVERSIAL".Diantaranya adalah :
Muhammad Abduh dan RasyidRidla, mereka juga mengadopsi bid'ah yang di munculkan Muhammad Bin Abdul Wahhab An-Najdi, Ahmad bin Taimiyah dan dua Muridnya, Ibnu Al-Qayyim danIbnu Abdu al-Hadi.
Disamping itu ada kelompok yang tetap konsisten dengan ajaran ulama salaf dan berpedoman pada kitab-kitabMu'tabarah, mencintai ahlul bait, para wali, dan para shalihin, bertabarruk pada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati,berziarah kubur, membacakan talqin pada mayit,bersedekah untuk mayit,menyakini adanya syafa'at, manfa'at doa tawassul dan lain lain.
(Risalah Aswaja,hal 9)
Salah satu nama yang disebutoleh KH hasyim Asy'ari itu adalah Ibnu Taimiyah, seorang ideolog paham Wahabi. Wasiat KH Hasyim Asy'ari ini bisa dimaknai dengan :
1 . Agar kaum nahdliyyin dalam mengamalkan ajaran islam,selalu berbegang kepada madzhab mu'tabarah,yang telah disepakati ulama,
2 . Menjaga akidah umat Islamagar tidak terpengaruh atau dimasuki paham yang bertentangan ajaran ulama salaf yang sudah turun temurun diamalkan oleh umatislam Indonesia khususnya kaum Nahdliyyin.
Syaikh Abdullah al-Abdari mengutip dari Waliyuddin al-Iraqi menyatakan bahwa ada banyak pendapat Ibnu Taimiyyah yang menyalahi ijma para ulama. Bahkan ada yang mengatakan sampai 60 masalah, baik dalam ushul akidah ataupun fiqh.
(Al-Maqalat As-Sunniyah,hal 13)
Diantara pendapat-pendapat ibnu Taimiyah yang kontroversial itu misalnya ia mengatakan :
1 . Alam itu qadim sama dengan Allah Swt.
2 . Dalam dzat Allah Swt terdapat sisi-sisi kehaditsan(sama dengan mahluk)
3 . Allah Swt memiliki jisim(fisik)
4 . Allah Swt berbicara (seperti manusia)
5 . Allah Swt naik turun (sbgaimana naik turunya manusia dari mimbar)
6 . Dzat Allah Swt Memiliki keterbatasan.
7 . Allah Swt Bisa ditunjuk arah dan tempatnya.
8 . Tawassul dianggap syirik.
9 . Dan lain sebagainya( Lihat misalnya Al-Maqalat As-Sunniyyah hal 79-152).
Ibnu Taimiyah menolak pendapat kaum muslimin yang sepakat bahwa alam ini adalah baru(hadist), yakni berbeda dengan Allah SWT yang QADIM(dahulu tanpa permulaan).
Ibnu Taimiyah dalam kitab Naqd Maratib Al-Ijma' memberikan penegasan ketika menolak keterangan Ibn Hazm yang mengatakan bahwa ALLAH SWT ITU MAHA ESA DAN TIDAK ADA SESUATU YANG BERSAMA DENGAN-NYA.
Ibnu Taimiyah berkata :
"yang lebih mengherankan dari itu ialah pernyataan IbnuHazm bahwa telah terjadi ijma(kesepakatan ulama) ataskafirnya orang yang menentang bahwa ALLAH SWTitu esa dan tidak sesuatu yang lain dengan Dia"(Naqd Mararatib Al-ijma',hal. 167)
Pernyataan sama dapat ditemukan dalam tujuh karangan ibnu taimiyah. Tentu saja, pernyataan-pernyataan Ibnu Taimiyah di atas bertentangan dengan nash-nash Yang Sharih. Al-Qur'an misalanya dalam surah Al-Hadid: 3 dengan tegas menyatakan : "Dia AllahYang Maha Pertama dan Mahaakhir"(Q.S. Al-hadid:3)
Nabi SAW bersabda : " Allah itu ada dan tidak ada sesuatuselain Dia"(HR. BUKHARI)
"Allah itu Ada dan tidak ada sesuatu bersaman-Nya"(HR. BUKHARI)
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸. ­•*¨*•♫♥♥♥
Bagi kebanyakan warga Nahdliyyin, yang rata-rata memang belum mengenal Ibnu Taimiyyah, ketika Ibnu Taimiyyah sering dijadikan rujukan oleh beberapa tokoh NU, maka akan muncul kesan bahwa ia adalah seorang yang "mu'tabar" di kalangan NU. Sehingga apapun yang merupakan pendapatnya dapat dijadikan pedoman.
Kondisi seperti ini jika benar-benar terjadi, tentu sangat menghawatirkan dan dapat menghancurkan akidah umat.Karena setelah dikaji lebih dalam, banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalam kitab-kitab Ibnu Taimiyyah yang justru menyudutkan amaliyah yang selama ini telah dilakukan oleh warga Nahdliyyin.
Sikap mereka dalam menokohkan Ibnu Taimiyyah, tampaknya bak gayung bersambut. Kalangan yang memang benci dengan amaliyah NU (yang dipelopori kaum Wahabi) dengan gencarnya menyebarkan buku-buku yang isinya memojokkan dan memvonis seluruh amaliyah NU, sebagai Hal yang di anggap bid'ah dan syirik, seperti menganggap syirik orang yang bertawassul, melarang pergi berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, dan lain sebagainya
Buku-buku itu,disamping dijual bebas di pasaran, juga di even-even tertentu dibagikan secara gratis. Contohnya, Ketika jama'ah haji indonesia, mau pulang ketanah air, dibandara Arab Saudi, sudah siap puluhan tenaga sukarelawan Wahabi yang membagi-bagikan buku, lengkap dengan kaset dan VCD-nya kepada jama'ah haji indonesia. Isinya apalagi kalau bukan hasutan, bahkan Vonis yang menganggap semua amalan NU, syirik dan bid'ah. Ini jelas sebagai sebuah upaya pengerusan keyakinan terhadap amaliyah NU.
Tentu saja, karena rata-rata jama'ah haji Indonesia adalah orang awam (secara agama), maka pemberian buku, kaset dan VCD tersebut dianggap sebagai suatu kepedulian danlambang "Ukhuwah" orang Arab terhadap warga Indonesia. Sehingga sampai dirumah, buku dan kaset itu dipelajari,baik untuk dirinya maupun orang lain. Masyarakat pun, tak sedikit yang terpengaruh dengan isi buku itu.
Itulah sebabnya mengapa KH Hasyim Asy'ari sejak lama sudah mewanti-wanti agar warga NU menjauhi pemikiran, apalagi menokohkan Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya (baca: fikroh 2) . Karena jika itu dibiarkan ,apalagi dengan mengabaikan figur yang mu'tabar, bisa jadi NU kelak hanya akan tinggal nama. Nasibnya tak jauh berbeda dengan rumah dalam cerita Imam Al Ghazali tersebut(baca:fikroh 1).
Masihkah kita menjadikan Ibnu Taimiyyah sebagai figur dan rujukan dalam beragama?
Allahu a'lamu bissawab
___( ini hanya menjawab sejumlah kalangan tentang isu-isu bid'ah yang dituduhkan pada NU. pembahasan dari fikroh yang saya bagi ini 1 - 3 ,bentuk klarifikasi atau 'tabayun' agartidak menjadi fitnah dan merusak ukhuwah diantara umat Islam Di Tanah air. Upaya ini pun tidak berpretensi menyerang pihak pihak tertentu,karena sifatnya hanya menjawab pertanyaan dan tantangan, namun,saya percaya insya Allah kesalahpamahan semacam ini akan segera menemukan solusi agar ukhuwah Islamiyyah di negeriini senantiasa tegak. Sebab, bagaimana mungkin kita akankuat menghadapi tantangan dari luar ,kalau ditubuh umat islam sendiri rapuh dan pecah?
Hanya kepada Allah kita berharap dibukakan jalan kepada umat islam menuju kepada kejayaan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar