Selasa, 26 Februari 2013

Al Hikam

AL-GHAZALI menceritakan sebuah kisah, bahwa disebuah rumah yang indah dan sedap dipandang mata. Disekeliling rumah itu, dirimbuni pelbagai pepohonan yang rindang. Halamannya penuh dengan rerumputan dan bunga yang menebar keharuman. Begitu mempesona dan memberikan rasa nyaman bagi siapapun yang menghuninya, karena memang dirawat sedemikian rupa dengan perawatan yangalami.
Di Kesenjaan usianya, si empunya rumah itu berwasiatkepada sang anak agar senantiasa menjaga dan merawat pohon dan rumput-rumput harum itu sebaik mungkin. Begitu pentingnya,sampai-sampai ia berkata " Selama engkau masih bertempat tinggal di rumah ini, jangan sampai tanaman itu rusak, apalagi hilang".
Ketika tiba saatnya ,si empunya rumah meninggal dunia,sang anak menjalankan apa yang telah di perintahkanmendiang ayahnya dengan sungguh-sungguh. Rumah itubetul-betul dirawat, demikian juga rerumputanya. Tidak hanya itu, si anak kemudian berinisiatif untuk mencari jenis tanaman lain yang menurutnya lebih indah harum untuk di tanam dihalaman rumah. Maka rumah itu semakin menggodauntuk dilihat dan dinikmati.
Si anak berbunga-bunga hatinya. Di benaknya terlintaskebanggaan bahwa dirinya telah berhasil menjalankan amanah dengan menjaga pepohonan dan rumput yang menjadi penyejuk rumah. Lebih dari yang di perintahkan orang tuanya. Bahkan akhirnya,tumbuhan baru yang ditanam si anak,mengalahkan rumput"asli" baik dari segi keelokan maupun harumnya.
Namun patut disayangkan,rumput dan tanaman yang pernah diwasiatkan orang tuanya akhirnya ditelantarkan. Sebab,sudah ada rumput lain yang lebih bagus,lebih sejuk di pandang dan sebagainya. Bahkan saat rumput "asli" tersebut rusak,tak ada penyesalan dalam hati si anak. "Toh,sudah ada rumputyang lebih bagus" fikirnya.
Tetapi anehnya, ketika rumput asli peninggalan orang tuanya rusak,dan musnah tak tersisa.,Bukan kenyamanan dan ketentraman yang di dapat. Karena ternyata,rumah itu lambat laun menjelma menjaditempat istirahat yang menakutkan. Betapa tidak,rumah itu dimasuki berbagai macam ular besar dan kecil yang membuat si anak itu harus meninggalkan rumah.
Mencermati cerita ini,AL GHAZALI memaknai wasiat orang tua itu dengan dua hal:
Pertama, Agar si anak bisa menikmati keharuman rumput yang tumbuh di sekeliling rumahnya. Dan makna ini bisa ditangkap baikoleh nalar si anak.
Kedua, agar rumah tersebut aman . Sebab, aroma rumput itu,mencegah masuknya ular ke dalam rumahnya yang tentu berpotensi mengancamkeselamatan penguhuninya. Namun makna ini tidak ditangkap oleh nalar sang anak.
Qadliyyah al-Tashawwuf al-Munqidh Min al-Dlalal,140

♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸. ­•*¨*•♫♥♥♥

Kisah ini sangat relevan jika dianalogkan dengan wasiat KH Hasyim Asy'ari untuk menghindari ajaran beberapa tokoh yang menurut beliau tidak layak untuk dijadikan panutan oleh kaum"Nahdliyyin" karena banyak hal yang bertentangan dengan apa yang diyakini dandiamalkan dalam tradisi Nahdliyyah.
Kata KH Hasyim Asy'ari,sebagaimana telah maklum bahwa kaum muslimin di kawasan jawa indonesia sejak dahulu kala menganut satu pendapat dansatu madzhab,satu sumber. Dalam fiqh menganut madzhab Imam Syafi'i, dalam ushuluddin(tauhid) menganutmadzhab Abu Hasan Al-Asy'ari, dan dalam tasawwuf menganut madzhab Imam Ghazali dan Imam Abil Hasan As-Syadzili.
Kemudian pada tahun 1330 H,muncullah berbagai kelompok dan pendapat yangbertentangan serta tokoh yang "KONTROVERSIAL".Diantaranya adalah :
Muhammad Abduh dan RasyidRidla, mereka juga mengadopsi bid'ah yang di munculkan Muhammad Bin Abdul Wahhab An-Najdi, Ahmad bin Taimiyah dan dua Muridnya, Ibnu Al-Qayyim danIbnu Abdu al-Hadi.
Disamping itu ada kelompok yang tetap konsisten dengan ajaran ulama salaf dan berpedoman pada kitab-kitabMu'tabarah, mencintai ahlul bait, para wali, dan para shalihin, bertabarruk pada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati,berziarah kubur, membacakan talqin pada mayit,bersedekah untuk mayit,menyakini adanya syafa'at, manfa'at doa tawassul dan lain lain.
(Risalah Aswaja,hal 9)
Salah satu nama yang disebutoleh KH hasyim Asy'ari itu adalah Ibnu Taimiyah, seorang ideolog paham Wahabi. Wasiat KH Hasyim Asy'ari ini bisa dimaknai dengan :
1 . Agar kaum nahdliyyin dalam mengamalkan ajaran islam,selalu berbegang kepada madzhab mu'tabarah,yang telah disepakati ulama,
2 . Menjaga akidah umat Islamagar tidak terpengaruh atau dimasuki paham yang bertentangan ajaran ulama salaf yang sudah turun temurun diamalkan oleh umatislam Indonesia khususnya kaum Nahdliyyin.
Syaikh Abdullah al-Abdari mengutip dari Waliyuddin al-Iraqi menyatakan bahwa ada banyak pendapat Ibnu Taimiyyah yang menyalahi ijma para ulama. Bahkan ada yang mengatakan sampai 60 masalah, baik dalam ushul akidah ataupun fiqh.
(Al-Maqalat As-Sunniyah,hal 13)
Diantara pendapat-pendapat ibnu Taimiyah yang kontroversial itu misalnya ia mengatakan :
1 . Alam itu qadim sama dengan Allah Swt.
2 . Dalam dzat Allah Swt terdapat sisi-sisi kehaditsan(sama dengan mahluk)
3 . Allah Swt memiliki jisim(fisik)
4 . Allah Swt berbicara (seperti manusia)
5 . Allah Swt naik turun (sbgaimana naik turunya manusia dari mimbar)
6 . Dzat Allah Swt Memiliki keterbatasan.
7 . Allah Swt Bisa ditunjuk arah dan tempatnya.
8 . Tawassul dianggap syirik.
9 . Dan lain sebagainya( Lihat misalnya Al-Maqalat As-Sunniyyah hal 79-152).
Ibnu Taimiyah menolak pendapat kaum muslimin yang sepakat bahwa alam ini adalah baru(hadist), yakni berbeda dengan Allah SWT yang QADIM(dahulu tanpa permulaan).
Ibnu Taimiyah dalam kitab Naqd Maratib Al-Ijma' memberikan penegasan ketika menolak keterangan Ibn Hazm yang mengatakan bahwa ALLAH SWT ITU MAHA ESA DAN TIDAK ADA SESUATU YANG BERSAMA DENGAN-NYA.
Ibnu Taimiyah berkata :
"yang lebih mengherankan dari itu ialah pernyataan IbnuHazm bahwa telah terjadi ijma(kesepakatan ulama) ataskafirnya orang yang menentang bahwa ALLAH SWTitu esa dan tidak sesuatu yang lain dengan Dia"(Naqd Mararatib Al-ijma',hal. 167)
Pernyataan sama dapat ditemukan dalam tujuh karangan ibnu taimiyah. Tentu saja, pernyataan-pernyataan Ibnu Taimiyah di atas bertentangan dengan nash-nash Yang Sharih. Al-Qur'an misalanya dalam surah Al-Hadid: 3 dengan tegas menyatakan : "Dia AllahYang Maha Pertama dan Mahaakhir"(Q.S. Al-hadid:3)
Nabi SAW bersabda : " Allah itu ada dan tidak ada sesuatuselain Dia"(HR. BUKHARI)
"Allah itu Ada dan tidak ada sesuatu bersaman-Nya"(HR. BUKHARI)
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸. ­•*¨*•♫♥♥♥
Bagi kebanyakan warga Nahdliyyin, yang rata-rata memang belum mengenal Ibnu Taimiyyah, ketika Ibnu Taimiyyah sering dijadikan rujukan oleh beberapa tokoh NU, maka akan muncul kesan bahwa ia adalah seorang yang "mu'tabar" di kalangan NU. Sehingga apapun yang merupakan pendapatnya dapat dijadikan pedoman.
Kondisi seperti ini jika benar-benar terjadi, tentu sangat menghawatirkan dan dapat menghancurkan akidah umat.Karena setelah dikaji lebih dalam, banyak sekali pemikiran-pemikiran yang terdapat di dalam kitab-kitab Ibnu Taimiyyah yang justru menyudutkan amaliyah yang selama ini telah dilakukan oleh warga Nahdliyyin.
Sikap mereka dalam menokohkan Ibnu Taimiyyah, tampaknya bak gayung bersambut. Kalangan yang memang benci dengan amaliyah NU (yang dipelopori kaum Wahabi) dengan gencarnya menyebarkan buku-buku yang isinya memojokkan dan memvonis seluruh amaliyah NU, sebagai Hal yang di anggap bid'ah dan syirik, seperti menganggap syirik orang yang bertawassul, melarang pergi berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, dan lain sebagainya
Buku-buku itu,disamping dijual bebas di pasaran, juga di even-even tertentu dibagikan secara gratis. Contohnya, Ketika jama'ah haji indonesia, mau pulang ketanah air, dibandara Arab Saudi, sudah siap puluhan tenaga sukarelawan Wahabi yang membagi-bagikan buku, lengkap dengan kaset dan VCD-nya kepada jama'ah haji indonesia. Isinya apalagi kalau bukan hasutan, bahkan Vonis yang menganggap semua amalan NU, syirik dan bid'ah. Ini jelas sebagai sebuah upaya pengerusan keyakinan terhadap amaliyah NU.
Tentu saja, karena rata-rata jama'ah haji Indonesia adalah orang awam (secara agama), maka pemberian buku, kaset dan VCD tersebut dianggap sebagai suatu kepedulian danlambang "Ukhuwah" orang Arab terhadap warga Indonesia. Sehingga sampai dirumah, buku dan kaset itu dipelajari,baik untuk dirinya maupun orang lain. Masyarakat pun, tak sedikit yang terpengaruh dengan isi buku itu.
Itulah sebabnya mengapa KH Hasyim Asy'ari sejak lama sudah mewanti-wanti agar warga NU menjauhi pemikiran, apalagi menokohkan Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya (baca: fikroh 2) . Karena jika itu dibiarkan ,apalagi dengan mengabaikan figur yang mu'tabar, bisa jadi NU kelak hanya akan tinggal nama. Nasibnya tak jauh berbeda dengan rumah dalam cerita Imam Al Ghazali tersebut(baca:fikroh 1).
Masihkah kita menjadikan Ibnu Taimiyyah sebagai figur dan rujukan dalam beragama?
Allahu a'lamu bissawab
___( ini hanya menjawab sejumlah kalangan tentang isu-isu bid'ah yang dituduhkan pada NU. pembahasan dari fikroh yang saya bagi ini 1 - 3 ,bentuk klarifikasi atau 'tabayun' agartidak menjadi fitnah dan merusak ukhuwah diantara umat Islam Di Tanah air. Upaya ini pun tidak berpretensi menyerang pihak pihak tertentu,karena sifatnya hanya menjawab pertanyaan dan tantangan, namun,saya percaya insya Allah kesalahpamahan semacam ini akan segera menemukan solusi agar ukhuwah Islamiyyah di negeriini senantiasa tegak. Sebab, bagaimana mungkin kita akankuat menghadapi tantangan dari luar ,kalau ditubuh umat islam sendiri rapuh dan pecah?
Hanya kepada Allah kita berharap dibukakan jalan kepada umat islam menuju kepada kejayaan)

Khabar Penghuni Kubur

Dikisahkan oleh Maisarah:

Pada suatu hari aku melewati kuburan orang-orang Islam. Maka sebelum masuk aku terlebih dahulu aku mengucapkan salam kepada ahli kubur:

عليكم يا أهل القبور, أنتم لنا سلف ونحن لكم تبع. فرحم الله إينا وإياكم وغفرلنا ولكم. السلام

“Semoga salam sejahtera selalu terlimpahkan kepada kalian wahai penghuni kubur. Kalian telah mendahului kami, dan kami pun akan mengikuti kalian. Semoga Allah merahmati kami dan kalian semua. Serta berkenan mengampuni kami dan kalian!”
Tiba-tiba dari arah kubur kudengar serua yang mengatakan: “Wahai panduduk dunia, bersyukurlah kalian yang masih sempat menuanaikan ibadah haji, sehingga dapat empat kali dalam sebulan!” Aku berkata: “Ke mana aku bisa menunaikan ibadah haji, sehingga bisa empat kali sebulan?” Seruan itu pun menjawab: “Itulah kesitimewaan shalat Jumat! Tidakkah kau tahu bahwa shalat Jum’at itu pahalana sama dengan haji mabrur? Maka alangkah bahagianya kami jika dapat mengunjungi dunia menyaksikan masjid-masjid kalian setiap hari Jum’at. Sehingga kami dapat memperhatikan amal-amal baik kalian dan bisa mendengar dzikir-dzikir kalian! Tetapi kamipun berterimakasih atas kepdulian kalian wahai penduduk bumi, karena kalian telah sudi mendoakan kami semua, para penghuni kubur. Semoga Rahmat Allah senantiasa dicurahkan kepada kalian.”*

Penciptaan Malaikat Jibril as

Dikisahkan oleh Rasululah Saw. Dalam sabdanya:
Tatkala Allah Swt, menciptakan malaikat Jibril as, dipilihlah wujud yang paling rupawan. Ia dilengkapi dengan enam ratus sayap, masing-masing sepanjang jarak antara penjuru paling timur dengan penjuru paling barat. Begitu penciptaan selesai, berdirilah malaikat Jibril memandangi bentuk dirinya yang rupawan, seraya berkata: “Ya Allah, ya tuhanku, adakah engkau menciptaka mahluk yang lebih tampan dari padaku?” Allah menjawab: “Tidak”
Mendengar jawaban Allah seperti itu perasaan Jibril berbunga-bunga. Dan sebagai ungkapan rasa syukurnya yang mendalam, dia mengerjakan shalat dua rakaat, yang setiap rakaatnya dilakukan selama 20.000 (dua puluh ribu)tahun.

Setelah selesai mengerjakan shalat, Allah Swt berfirman kepadanya: “Hai Jibril, begitu bersungguh-sungguh engkau melakukan shalat. Dengan begitu engkau telah menyembahkan kepada-Ku dengan penyembahan yang tiada bandingnya. Tetapi ketahuilah hai Jibril, bahwa pada akhir zaman nanti aka lahir seorang nabi terhormat yang amat aku kasihi! Dia bernama Muhammad. Dia memiliki umat yang lemah dan banyak melakukan dosa. Sekiranya umat yang bergelimang dosa itu mau mengerjakan shalat dua rakaat. Sekalipun shalatnya banyak kekurangan, waktunya pun tergesa-gesa dan tidak kosentrasi, maka demi kemulian dan keagungan-Ku, sungguh shalat mereka itu lebih aku sukai daripada shalatmu! Mengapa? Karena shalat mereka berdasarkan perintah-Ku, sedangkan shalatmu itu bukan berdasarkan perintah-Ku”
Jibril : “Ya tuhanku, lalu apakah balasan yang bakal Engkau berika atas ibadah mereka?”
Allah : “Balasan yang bakal aku berikan adalah surga Ma’wa”
Begitu mendengar surga Ma’wa, Jibril memohon kepada Allah Swt, agar diperkenankan melihatnya, maka Allah pun mengabulkan permohonan Jibril ini, sehingga ia berngkat menuju surga tersebut. Dia bentangkan seluruh sayapnya, lalu terbang untuk menempuh jarak yang jauh tak terperikan. Setiap kali ia membuka sepasang sayapnya, maka berhasil melintasi jarak sejauh 300.000 (tiga ratus ribu) tahun perjalanan.

Begitu juga setiap menutup sayap. Padahal ia terbang selama 300(tiga ratus) tahun, serta memiliki 300 (tiga ratus) pasang sayap atau 600 (enam ratus) buah. Namun sejauh itu dia belum berhasil mencapai tujuan. Setelah merasa begitu letih, dia pun beristirahat di bawah sebatang pohon waksasa. Dia bersujud kepada Allah Swt, seraya mengadu: “Ya Allah, apakah perjalananku ini telah mencapai separonya atau kah baru dua pertiga atau bahkan seperempatnya?” Allah Swt, berfirman kepadanya: “Hai Jibrill, kalaupun kau mampu terbang selama 300.000 tahun, dengan menggunakan sayap-sayapmu yang sudah ada dan aku tambah lagi sejumlah 600 (enam ratus) sayap, niscaya tidak akan mencapai seperseratusnya (1%) itulah keistimewaan yang aku berikan kepada umat Muhammad yang mau mengerjakan shalat.”

PENYUMBAT PINTU NERAKA

Dikisahkan ahwa Ibrahim Al-Wasithi pernah berada di tengah padang Arafah dan tangannya menggenggam tujuh buah batu kecil. Kemudan dia berkata pada batu-batu itu: “hai batu saksikanlah bahwa aku bersaksi: “tiada suatu pun yang pantas di pertuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan-Nya sekaligus Rasul-Nya”.

Pada malam harinya ia tertidur dan bermimpi, bahwa hari kiamat telah tiba. Setelah dikhisab (dihitung amal perbuatannya), ia dinyatakan masuk neraka. Lalu para Malaikat adzab (juru siksa) segera menyeratnya untuk dimasukkan ke neraka. Tetapi setibanya di pintu neraka, terlihat pintu itu tersumbat oleh sebuah batu. Batu itu tidak lain adalah salah satu batu yang dijadikan Ibrahim sebagai saksi atas kesaksiannya ketika berada di tengah pada Arafah tersebut.

Maka salah satu dari malaikat adzab itu berusaha menyingkirkan batu tersebut, namun sedikitpun tidak bergeser dari tempatnya. Kemudian seluruh malaikat adzab berkumpul untuk bersama-sama mengangkatnya, tetapi mereka juga tidak mampu menggesernya sedikitpun. Lalu para malaikat adzab mencoba memasukkan Ibrahim ke dalam neraka malalui pintu yang lain. Ternyata pada pintu tersebut juga terdapat batu yang sama, dan usaha malaikat untuk menyingkirkanya pun sia-isa.para malaikat terus berusaha melalui pintu-pintu yang lain. Namun sampai pintu ketujuh, semuanya terdapat batu yang sama dan Ibrahim pun belum berhasil dimasukkan ke dalam neraka. Dan batu-batu itu secara bersamaan memberikan kesaksian:

Kami bersaksi, bahwa ia (Ibrahim al-Wasithi) bersaksi: tiada suatupun yang pantas dipertuhankan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan-Nya.
Akhirnya, para malaikat adzab itu memutuskan untuk membawa ibwahim al-Wasithi ke Arasy dan melaporkan kejadian yang mereka alami itu kepada Allah Swt. Maka Allah Swt. Berfirman kepada Ibrahim: “hai Ibrahim, batu-batu itu telah memberikan kesaksian atas kesaksianmu. Mereka tidak menyia-nyiakan hakmu. Lalu apa alasan-Ku untuk menyia-nyiakan hakmu, sementara aku sendiri juga menyaksikan kesaksianmu itu?” Allah kemudian berfirman kepada para malaikat adzab: “Hai para malaikat, masukkanlah dia ke Surga!”

Setibanya di depan surga, Ibrahim melihat pintu-pintunya masih tertutup, tiba-tiba datanglah kesaksian laa ilaaha illallah, maka terbukalah semua pintu surga lalu Ibrahim pun masuk melalui pintu yang di kehendakinya.

(HUmor)Iki Yo Takdire Gusti Allah…

Adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, salah satu tokoh NU yang juga pengasuh Pondok Tambakberas. Beliau dikenal sebagai sosok yang kharismatik, dan juga “gaul”, bahasa anak sekarang.

Ditengah-tengah kesibukan beliau dalam dunia organisasi, beliau tetap tidak meninggalkan tugasnya sebagai seorang Kiai, yaitu ‘ngajeni’ para santri.

Seperti biasa, setiap ba’da isya’ beliau punya rutinan mbalah kitab “fathul majid” yang bertempat di serambi masjid jami’ pondok tambakberas. Kebetulan pada malam itu ngajinya sampai pada bab qodlo’ dan qodar.

Dengan panjang lebar beliau menguraikan masalah itu, mulai yang qodlo’ mubham hingga qodlo’ mubrom, hingga macam-macam qodlo’, ada qodlo’ nikmat dan syada’id, juga qodlo’ qodlo’ tho’at dan ma’shiat.

Kebetulan, atau memang sudah menjadi kebiasaan. Selalu saja ada santri yang saking keenakan ndengerin ngaji atau mungkin karena lainnya, selalu terkantuk-kantuk bahkan sampai tertidur. Salah satu dari santri yang biasa ngantuk saat ngaji itu, sebut saja namanya “Kaslan”, ia juga tertidur saat pengajian berlangsung, dan ia terbangun ketika salah satu temannya “ngileni” hidungnya dengan sebuah sobekan kertas yang dipilin.

Dan ketika Kaslan terjaga dari tidur ayamnya, pengajian sudah hampir selesai, dan ia juga masih sempat mendengarkan keterangan pengajian dari Mbah Wahab, “bahwa segala sesuatu yang terjadi dan kita lakukan adalah tidak lepas dari takdir Allah.”

Seusai pengajian para santri langsung kembali ke kamar masing-masing. Ada yang juga yang menruskan tiduran di serambi masjid. Salah satunya adalah Kaslan itu.

“Hmmm… “ Kaslan membatin dalam hatinya dengan keadaan matanya yang masih riyip-riyip. “Benar sekali, segala yang kita lakukan dan terjadi adalah merupakan takdir Allah, entah itu baik atau buruk, orang kere atau orang kaya adalah merupakan takdirnya Allah, begitu juga dengan orang jadi maling atau jadi kiai.”

Seakan begitu terkesan dengan keseimpulan pemahaman yang didengarnya sesaat ketika ia melek saat pengajian berlangsung, membuatnya seperti begitu tenggelam dalam tafakkur, hingga tanpa terasa waktu sudah memasuki tengah malam. Dan tanpa disadari pula perutnya tiba-tiba protes dan berkeruyuk.

“hmm… iki weteng kok gak kompromi blas yo….. bengi ngene golek mangan nang endi…., liwetan sore yo wis ludes.”

Tiba-tiba saja melintas di benaknya, “mangga, ya.. mangga” pikirnya melayang pada sebuah pohon mangga dihalaman ndalem Mbah Wahab yang kebetulan saat itu sedang musim buah. “Jegekal” Segera aja Kaslan terbangun dan mengendap menuju pekarangan Mbah Wahab, toleh kanan toleh kiri, amaan…..

Sambil tak lupa membawa “gembolan” sarung ia segera beraksi memanjat pohon mangga itu. dilanjutkan tangan dan penciumannya yang beraksi dengan cekatan menyortir buah-buah yang sudah masak.

Ketika sedang asyik-asyiknya Kaslan bergerilya, tiba-tiba ia mendengar suara yang sangat dikenalnya dari arah bawah, “hoi… sopo iku yo, bengi-bengi ngene penekan..? ayo ndang mudun..!”

Deg…..!! degg…….!! Serrr…….!!

Apa dikata, tanpa menunggu lebih lama lagi, Kaslan segera melorot turun kebawah, sambil tetap membawa gembolan sarungnya yang kini sudah berisi beberapa buah mangga.

Sesampai di bawah sudah menunggu Mbah Wahab yang berdiri dengan keren. dengan menenang-nenangkan hatinya yang “kemerungsung” Kaslan menghampiri beliau.

Dan setelah ia mendekat, Mbah Wahab langsung menginterogasi, “sopo sampean? Lapo bengi-bengi kok penek’an?”

“Kulo santri, Yai. Niki wau ngunduh pencite panjenengan” , Jawab Kaslan

“Lho….., kok ora omong aku, berarti sampean lak nyolong..!?” lanjut Mbah Wahab.

“Ngapunten Yai… kulo nyolong niki wau lak nggee sebab takdire Gusti Allah, sami ugi Gusti Allah maringi lesu dateng kulo.” Jawab Kaslan.

Mbah Wahab manggut-manggut mendengar argumen dan pembelaan santri itu. “ooo ngunu to kang, yo wis nak ngunu tak ikhlasno”.

“Plong…..” batin Kaslan.

Tapi kemudian di luar dugaan Kaslan, tiba-tiba Mbah Wahab melepas sandalnya dan dengan sandal itu di”sambok”inya santri itu sampai kaing-kaing bukan karena sakit, tapi lebih karena kaget dan tidak mengerti.

Lho.…!!! Yai…..!!! kok…….?????

Sambil mesem Mbah Wahab menjawab, “ihlashno yo Kang, aku nyamboki sampean iki yo takdire Gusti Allah….!” ……….???

Apa Hukum Pernikahan karena Diguna-guna?

Di Madura, tak sedikit pernikahan karena diguna-guna. Muaranya, terjadilah pengkhianatan dan penipuan terhadap sang istri. Sang suami lari dengan membawa segudang harta istri.

Hal tersebut menjadi pembahasan dalam bahtsul masail yang dilangsungkan oleh Lembaga Bahtsul Masail NU (LBM NU) Pamekasan, belum lama ini. Bertempat di kediaman Kepala Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura, KH Lutfi, kegiatan tersebut berlangsung seru dimulai usai Isya hingga sekitar pukul 10.30 malam.

Selain dihadiri oleh kalangan masyarakat, hadir pula Ketua PCNU Pamekasan KH Abdul Ghoffar, Wakil Ketua KH Zahid Wakil Ketua KH Romli, dan Katib PCNU yang menjadi Ketua MUI Pamekasan K Rahbini A Latief.

Disusul kehadiran Ketua MWCNU Kadur yang merangkap Wakil Katib PCNU Pamekasan KH Baidowi Abshom, Ketua LBMNU KH Fathorrasyid, dan Wakil Ketua LBMNU K Abd Syukur.

"Kupasannya ialah seputar nikah karena diguna-guna. Ada seorang janda kaya raya, dinikahi oleh seseorang dengan cara diguna-guna. Setelah nikah sang laki-laki meminta harta benda kepada istrinya. Kemudian, harta itu dibawa kabur. Bagaimana hukum akad nikahnya? Kalau sah, bagaimana cara memutuskan tali pernikahan itu?" tanya Ketua LBMNU Pamekasan, K Fathorrasyid.

Pembahasan tentang persoalan tersebut berlangsung alot. Ujungnya, setelah melalui kajian mendalam menggunakan kitab-kitab kuning, mengerucutlah suatu jawaban.

"Jawabannya ialah tetap sah. Cara memutuskan hubungan pernikahan itu adalah dengan mengajukan fasah ke pengadilan agama. Kalau ada uzur ke pengadilan agama, maka mengangkat muhakkam," ungkap K Fathorrasyid.

Selain persoalan di atas, hakikatnya juga hendak mengupas fenomena membuat jalan permanen di tengah kuburan umum. "Sayang, jawabannya masih maukuf karena sudah malam. Masih akan dibahas pada pertemuan selanjutnya," tukasnya.

Dikatakan, tradisi kegiatan bahtsul masail ini nantinya akan disosialisasikan ke MWCNU di 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Diharapkan, ada respon balik guna menguji keabsahan hasil bahtsul masail ini.

Tangisan Imam Hanafi Berjumpa Anak Kecil

Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.

”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu.Jangan sampai kau tergelincir,” sang imam menasehati.

Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.

”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.

”Nu’man.”

”Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?”

”Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku.”

"Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”

Ulama kaliber yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

ILMU TERSEBUT ADA DI HURUF BA' (Sedikit kemudahan syari'at bagi wanita)

Tahukah anda bahwa dalam bahasa arab, ada satu huruf yang menjadi sebab perbedaan pendapat para Ulama fiqih, ini mungkin hanya terjadi dalam bahasa arab, unik dan ajaib.

Dan tahukah anda bahwa ada perbedaan Ulama dalam masalah mengusap kepala saat wudhu, ada yang mengusap penuh dengan kedua telapak tangan dari depan ke belakang lalu balik lagi ke depan sebagaimana pendapat dalam mazhab Hambali, ada juga yang mengusap sebagian saja meskipun mereka akhirnya berbeda lagi tentang ukuran sebagian, dalam mazhab Syafi'i cukup ukuran tiga jari, dan dalam mazhab Hanafi seukuran telapak tangan.
Yang unik adalah, para Ulama Besar itu berbeda pendapat gara-gara satu huruf, yaitu huruf Ba' sebagaimana tercantum dalam ayat tentang wudhu "وامسحوا برؤوسكم" yang artinya "dan usaplah kepala-kepala kalian".

Dalam bahasa arab, terkadang huruf Ba' bila bersambung dengan kata lainnya, ia lantas memiliki keunikan dua arti, yaitu sebagian dan keseluruhan, oleh karena itulah Ulama berbeda pendapat.

Dan justru di sinilah, kita akan mengetahui hikmah, betapa luasnya bahasa arab, yang kemudian berdampak pada

kenikmatan dalam menjalankan agama kita, terutama dalam masalah wudhu. Coba kita bayangkan, bila ada seorang muslimah yang fanatik terhadap pendapatnya untuk mengusap kepala secara keseluruhan dalam berwudhu, dan ia tidak mau menerima pendapat lain, lalu tiba-tiba ia dihadapkan pada situasi, dimana tempat wudhu khusus wanita tidak ada, sedang ia harus berwudhu untuk melaksanakan sholat, apa yang mungkin akan ia lakukan? bisa saja ia mencari tempat wudhu lain, namun bila waktu tidak cukup bisa jadi ia akan melewatkan waktu shalat yang sudah datang. Bisa pula ia tayammum, tapi bila setiap hari ia bertayammum dalam kondisi seperti itu sedangkan air ada, sepertinya tidak afdhol karena hal itu bukanlah sebuah pilihan fiqih yang disarankan, kasus ini mungkin terkesan didramatisir, namun kondisi di kota-kota besar, apalagi di tempat umum semisal perkantoran, kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi.

Nah, untuk mengatasi situasi di atas, alangkah baiknya bila seorang muslimah itu sedikit mengerti tentang persoalan agamanya, khususnya masalah di atas. Bila ia mengerti sebab perbedaan Ulama dalam masalah mengusap kepala, maka otomatis ia akan bisa mempertimbangkan untuk kemudian berpindah sementara ke mazhab Syafi'i, sehingga ia tak perlu repot membuka jilbabnya, cukup dengan mengusapkan tiga jarinya ke ujung kepala, selesai persoalan. Wallahu a'lam.

(Inspirasi dari : Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid Ibnu Rusyd)

Dalil - Dalil Tahlilan ( Tahlil )

TAHLILAN berasal dari kata hallala, yuhallilu,
tahlilan, artinya membacakan kalimat La Ilaha Illalloh.
Seperti yang tertera dalam Lisanul ’Arab bagi Ibnu Mandzur Al-Ifriqy juz XIII sebagai berikut

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﺍﻟﺘﻬﻠﻴﻞ ﻗﻮﻝ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ
”Telah berkata Allaits :arti Tahlil adalah mengucapkan ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ ”
Dan yang perlu kita ketahui adalah semua rangkaian kalimat yang ada dalam Tahlil diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang pahalanya dihadiahkan untuk si mayyit.Tahil ini dijalankan berdasar pada dalil-dalil.

DALIL YANG PERTAMA ;
(Al-Tahqiqat, juz III. Sunan an-Nasa’i, juz II)
ﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻋﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻴﺖﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﻭﺫﻛﺮﺍﺳﺘﻮﺟﺐﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ
ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭﻣﻰ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺉ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ))
Barang siapa menolong mayyit dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan dzikir, maka Alloh memastikan surga baginya.”
(HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas)

DALIL YANG KEDUA
(Tanqih al-Qoul)
ﻭﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﺗﺼﺪﻗﻮﺍﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﺗﻜﻢ ﻭﻟﻮﺑﺸﺮﺑﺔ ماﺀﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻘﺪﺭﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻓﺒﺄﻳﺔ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺎﻥ ﻟﻢ ﺗﻌﻠﻤﻮﺍﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻓﺎﺩﻋﻮ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﻤﻐﻔﺮﺓ ﻭﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﺪﻛﻢ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ
Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Jika kalian tidak mengerti Al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh, ﺗﻌﺎﻟﻰ الله telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”

DALIL YANG KETIGA ;
(Kasya-Syubhat li as-Syaikh Mahmud Hasan Rabi)
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺑﻰ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻳﻌﻨﻰﻟﺰﺍﺋﺮ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺀﺍﻥ ﻣﺎﺗﻴﺴﺮﻭﻳﺪﻋﻮﻟﻬﻢ ﻋﻘﺒﻬﺎﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰﻭﺍﺗﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ
“Dalam Syarah al-Muhamdzdzab Imam an-Nawawi berkata:
Adalah disukai seorang berziarah kepada orang mati lalu membaca ayat-ayat al-Qur’an sekedarnya dan berdo’a untuknya.
Keterangan ini diambil dari teks Imam Syafi’I dan disepakati oleh para ulama yang lainnya.”

DALIL KEEMPAT ;
ﺇﻗﺮﺀﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ ﻳﺴﻰ
( (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺣﻤﺪ ﻭﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ
“Bacalah atas orang-orangmu yang telah mati, akan Surat Yasin” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban, dan Alhakim)

DALIL KELIMA ;
(Fathul mu’in pada Hamisy I’anatuttholibin, juz III)
ﻭﻗﺪ ﻧﺺ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰﻭﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﻋﻠﻰ ﻧﺪﺏﻗﺮﺍﺀﺓ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮﻋﻨﺪﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻘﺒﻬﺎﺍﻯ ﻻﻧﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺍﺭﺟﻰﻟﻼﺟﺎﺑﺔ ﻭﻻﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺗﻨﺎﻟﻪﺑﺮﻛﺔ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻛﺎﻟﺤﻲﺍﻟﺤﺎﺿﺮ
“Dan telah menyatakan oleh Assyafi’I dan Ashab-nya atas sunnah membaca apa yang mudah di sisi mayit, dan berdo’a sesudahnya, artinya karena bahwasanya ketika itu lebih diharapkan diterimanya, dan karena bahwa mayyit itu mendapatkan barokah qiro’ah seperti orang hidup yang hadir.”
Dan masih banyak dalil-dalil lain....

Ulama Palestina: Bid'ah Hasanah Berdasar Ayat Al-Qur'an

Ulama asal Palestina Dr Syaikh Muhammad Utsman menilai, bid’ah atau kreativitas dalam beragama tak selalu menyimpang dari agama. Selama bid’ah ditujukan pada hal yang positif tanpa menyekutukan Allah, kegiatan tersebut sah dilakukan.

Pandangan ini disampaikan dalam peringatan maulid Nabi SAW yang dirangkai dengan Istighotsah dan Pengajian Bulanan yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) di Masjid an-Nahdliyyah, lantai dasar gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (30/1) malam.

Mengutip pendapat sejumlah ulama klasik,Syaikh Utsman membagi bid’ah menjadi dua, yakni bid’ah sayyiah (bid’ah yang buruk) dan bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Menurut dia, bid’ah hasanah, seperti peringatan maulid Nabi, didapati rujukannya dalam kitab suci al-Qur’an.

Dosen Universitas Global Lebanon ini mendasarkan pandangannya pada surat al-Hadid ayat (27). Ayat ini menjelaskan tentang sejarah para pengikut Nabi Isa yang melakukan bid’ah di luar kewajiban agama. Karena tujuannya untuk mencari keridlaan-Nya maka mereka pun dilimpahi pahala.

“Rahbaniyyah (tradisi kerahiban untuk tidak beristri atau bersuami, red) yang dipraktikkan pengikut Nabi Isa saat itu di luar perintah Allah. Tapi itulah contoh bid’ah hasanah yang juga diakui keabsahannya dalam al-Qur’an,” tuturnya.

Dalam konteks peringatan maulid, kata Syaikh Utsman, umat Islam tak perlu ragu menyelenggarakannya. Maulid Nabi adalahbentuk kecintaan dan kegembiraan atas kehadiran Rasulullah SAW. Kegiatan tersebut sah sebagai upaya tawassul (menjadikan perantara) menuju Allah.

Syaikh Utsman juga mengurai sejumlah kisah kecintaan sahabat terhadap Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bentuk. Ia mengajak segenap umat Islam untuk senantiasa meneladani nabi terakhir ini di setiap bidang kehidupan.

DOA IJAZAH RASULULLAH SAW KEPADA SHAHABAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIEQ R.A.



اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم

Allahumma innii zhalamtu nafsi zhulman katsiiran walaa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta faghfir lii maghfiratan min ‘indika warhamnii, innaKa Anatal Ghafuurur Rahiim.

(Ya Allah ya Tuhanku, aku sunggu telah banyak ‘menganiaya’ diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau; maka berilah ampunan kepadaku ampunan dari sisiMu dan kasihilah aku. Sungguh Engkaulah Sang Maha Pengampun dan Maha Pengasih).

Dibaca dalam shalat, ketika sujud.

- Gus Mus -

INILAH CINTA !!!

CARA RASULULLAH HORMATI ORANG MISKIN

Rasa cinta mendalam kepada Nabi Muhammad SAW juga dimiliki seorang budak perempuan bernama Barirah. Perempuan miskin ini berharap sekali Rasulullah dapat berkunjung ke gubuknya. Belum ada keberanian untuk mengundang karena di rumah reyot itu memang tak tersedia apa-apa.

Suatu saat Barirah menerima makanan cukup mewah dari salah seorang sahabatnya. Makanan lezat semacam ini belum pernah ia nikmati seumur hidup. Sebelum mencicipi, tiba-tiba batinnya melintaskan sesuatu: Selagi ada, sebaiknya makanan ini disuguhkan untuk orang istimewa yang selama ini ia rindukan, Rasulullah SAW.

Begitu diundang, Rasulullah pun datang bersama para sahabatnya. Sahabat Nabi yang menyaksikan hidangan enak dan mahal itu tiba-tiba berpikir, budak perempuan ini tak mungkin membelinya sendiri.

“Wahai Rasulullah bisa jadi ini makanan zakat atau sedekah. Sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan sedekah. Jadi Engkau jangan memakannya, ya Rasulullah,” kata sahabat.

Kecintaan Barirah yang menggebu membuatnya lupa bahwa Rasulullah tak menerima zakat dan shadaqah. Mendengar ucapan sahabat tersebut, hati Barirah seolah meledak. Perasaan takut, gelisah, malu, dan sedih kini merusak kegembiraannya. Menyajikan hidangan yang diharamkan bagi Rasulullah adalah kesalahan fatal.

Dalam kondisi ini, Rasulullah menampilkan kemuliannya. Dengan lembut dan bijak beliau berucap, “Makanan ini memang sedekah untuk Barirah, dan karenanya sudah menjadi milik Barirah. Lalu Barirah menghadiahkannya kepadaku. Maka aku boleh memakannya.”

Kemudian Rasulullah SAW pun memakannya tanpa segan.

Renungkanlah

., Mengapa seorang biarawati yg tertutup dari kepala hingga ujung jari kaki, ia dihormati karena membaktikan dirinya untuk Tuhan,
., Sedangkan jika seorang muslimah melakukannya, ia sering dicap "tertindas"?

., Mengapa seorang Yahudi bisa memelihara janggutnya dan ia dipandang sedang melaksanakan kepercayaannya,
., dan ketika seorang Muslim melakukannya ia dipandang seorang ekstrimis?

., Jika seorang wanita barat tinggal di rumah dan merawat rumah beserta anak-anaknya, ia dianggap tengah berkorban dan berbuat baik untuk rumah tangganya,
., Tetapi jika seorang perempuan Muslim melaksanakannya ia dianggap "Perlu Dimerdekakan".

., Mengapa jika seorang anak yg meraih keberhasilan pada suatu disiplin ilmu, ia dianggap berpotensi,
., Tetapi jika ia membaktikan dirinya pada Islam, ia dianggap tak ada harapan?

., Ketika seorang non Muslim membunuh seseorang, agama tidak pernah disebut-sebut, (contohnya teroris IRA),
., Tetapi ketika seorang Muslim dituduh dengan suatu tindakan kriminal, Islamlah seolah-olah yg diadili?

., Tetapi kemudian, mengapa meskipun semua itu terjadi, Islam tetap merupakan agama yg berkembang tercepat di dunia?

., Renungkanlah selama 60 detik dan katakanlah jawabannya !!

., Lihat apakah setan akan menghentikannya?

., SubhaanAllah
., AlhamduLillah
., Allaahu-Akbar
., Laa Ilaaha Illa-Allaah

Lima Ujian yang Dihadapi Seorang Mukmin

Dalam kitab Makaarim al-Akhlaq, Abu Bakr bin Laal meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian; mukmin yang menghasudnya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya.” (HR ad-Dailami).

Kelima hal tersebut, sejalan dengan Alquran yang menegaskan bahwa setiap orang yang beriman (mukmin) senantiasa akan mendapat ujian dari Allah SWT. (QS al-Ankabut [29]: 2-3). Berdasarkan hadis di atas, setidaknya ada lima ujian yang dihadapi seorang mukmin.

Pertama, mukmin yang mendengkinya. Kita mengetahui bahwa setiap orang yang mendapat kenikmatan, pasti akan ada orang lain yang tidak menyukainya (dengki). Dari sini, timbullah sikap hasud.

Penyebab hasud itu, antara lain, karena permusuhan dan kebencian yang mengharapkan agar kenikmatan musuh menjadi hilang dan berpindah ke pihaknya.

Hasud juga bisa muncul akibat kesombongan yang menjadi watak dirinya. Sehingga, ia senantiasa merasa khawatir bila ada orang lain yang lebih hebat dari dirinya dan meremehkannya. Cara menghadapi hal ini adalah dengan menjauhi tukang hasud yang suka menggunjing dan mengadu domba.

Ujian bagi mukmin yang kedua adalah kaum munafik yang selalu membencinya. Sifat munafik lebih berbahaya dari kufur. Sebab, orang yang munafik itu sering menampakkan wajah keislaman (seakan-akan baik), padahal dirinya menyimpan permusuhan dalam hatinya.

Salah satu contohnya adalah peristiwa munculnya hadits al ifki (berita dusta). Peristiwa itu merupakan contoh makar kaum munafik di Madinah terhadap keluarga Nabi SAW. (QS an-Nur [24]: 11).

Untuk melindungi diri dari kaum munafik ini, kita wajib bersandar kepada Allah dan berusaha menyingkap tipu daya dan rencana busuk mereka. Orang-orang munafik itu sangat pandai bersilat lidah dan membolak-balikkan kata-kata dengan maksud mempertahankan maksud dan tujuannya. (QS al-Munafiqun [63]: 1-11).

Ketiga, orang kafir yang memerangi. Kaum kafir adalah pendukung kebatilan, setan dan berusaha mencelakakan orang Islam. (QS al-Anfal [8]: 36). Mereka saling tolong untuk memerangi umat Islam. (Lihat QS adz-Dzariyat [51]: 53).

Untuk menghadapi kejahatan kaum kafir, kita harus meyakini bahwa sunnatul ibtila atas mukmin adalah suatu keniscayaan. Di samping itu kita wajib membekali diri dengan tsiqah billah, husnudzdzan billah, bertawakal kepada-Nya, berdoa dan selalu mengikuti manhaj para ulama yang saleh.

Keempat, setan yang selalu berusaha menyesatkan. (QS Fathir [35]: 6). Setiap mukmin wajib mewaspadai dan menutup rapat semua pintu masuk yang dilalui setan, seperti marah, syahwat, ketergesa-gesaan, kikir, takabur.

Kelima, nafsu yang selalu menentang. (QS Yusuf [12]: 53). Musuh mukmin yang paling bahaya adalah nafsu yang ada dalam dirinya. Untuk itu, kita wajib membersihkan hati dari semua akhlak tercela dan mengisinya dengan kekuatan iman dan kasih sayang. Di samping harus senantiasa berpegang teguh pada ajaran Ilahi. Wallah a'lam.

KISAH NYATA PEMBENCI MAULUD

"Suatu hari Syech Abbas Al-Maliki berada di Baitul Muqaddas Palestina untuk menghadiri peringatan Maulud Nabi SAW di mana saat itu bershalawat dengan berjamaah. Saat itulah beliau melihat
seorang pria tua beruban yg berdiri dengan khidmat mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu. Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia gak pernah mau mengakui acara Maulud Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa
perbuatan itu adalah Bid'ah Sayyi'ah (bid'ah yg jelek).

Suatu malam ia mimpi duduk di acara Maulud Nabi bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi SAW ke mesjid, maka saat Rasulullah SAW tiba, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri toek menyambut kehadiran Rasulullah SAW.

Namun hanya ia saja seorang diri yg gak mampu bangkit toek berdiri. Lalu Rasullullah SAW berkata kepadanya: "Kamu gak akan bisa bangkit!" Saat ia bangun dari tidurnya ternyata ia dalam keadaan duduk dan gak bisa berdiri. Hal ini ia alami selama 1 tahun. Kemudian ia pun bernadzar jika sembuh dari sakitnya ia akan menghadiri acara Maulud Nabi di mesjid dengan bershalawat.

Kemudian Allah menyembuhkan nya. Ia pun selalu hadir toek memenuhi nadzarnya dan bershalawat dalam acara Maulud Nabi SAW".

[Sumber : Kitab Al-Hady At-Tam fi Mawarid al- Maulid an-Nabawi, hal 50-51, karya Syech Muhammad Alwi Al- Maliki

Syahid karena Cinta

“Barangsiapa jatuh cinta, lalu menyembunyikan cintanya, menahan diri, bersabar lalu meninggal dunia maka ia mati syahid”
Ungkapan Rasulullah SAW ini diriwayatkan oleh Suwaid bin Sa’id Al-Hadatsani, walau sejatinya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dalam risalahnya Raudhatul Muhibbin menyatakan ini sebagai hadits maudhu dan mauquf. Alasannya simpel, berdasar riwayat shahih, penjelasan Rasulullah tentang macam kesyahidan tidak pernah memasukkan dan menyebutkan sebab matinya karena jatuh cinta itu syahid. Ibnul Qoyyim mengutip hadits ini ke dalam pembahasan yang sangat indah tentang para pemuja cinta.

Namun, bila urutannya adalah jika cinta itu menjadi spirit, ia sembunyikan dengan penyembunyian yang melahirkan potensi-potensi keshalehan, ia menahan diri tidak terjerembab dalam kecintaan syahwati, geloranya ia bingkai dengan ketinggian kecintaan pada Sang Pemilik Cinta, Al-Waduud. Lalu ia bersabar, iffah, menjaga diri dari kecintaan pada penghambaan makhluq, ia serahkan segala energi cintanyahanya untuk Allah semata. Penggambaran-penggambaran manisnya cintanya itu ia tumpahkan segalanya untuk Sang Khaliq. Lalu ia terkubur dalam timbunan-timbunan mahabbah, ia rasakan kelezatannya dalam penghambaan, lalu sampai di ujung umurnya hingga mati. Ia syahid.

Kisah romantika dua manusia, dimabuk cinta. Seorang laki-laki ahli ibadah, pemuda Kuffi, cintanya menghampiri gadis cantik nan elok. Cintanya berbalas. Gadis itu sama cintanya. Bahkan ketika lamaran sang pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara sepupunya, mereka tetap nekad, ternyata. Gadis itu bahkan menggodanya, “Sayang, aku akan datang padamu atau kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku”. Gadis itu menghamparkan selendang syahwatnya.

“Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya tak pernahpadam!” Itu jawaban sang pemuda yang membentak sang gadis. Pemuda itu menjaga diri dan memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan cinta.

“Jadi dia masih takut pada Allah?” gumam sang gadis.
Seketika ia tersadar dan dunia tiba-tiba jadi kerdil di matanya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan dirinya untuk ibadah. Ia tenggelam dalam keseluruhan cintanya pada Al-Waduud. Walau cintanya pada sang pemuda tidak pernah mati. Cintanya berubah jadi rindu yang mengelana dalam jiwa dan doa-doanya. Tubuhnya luluh lantak didera rindu. Ia terkubur oleh kerinduan, penggambaran kerinduannya ia arahkan pada kerinduan untuk Allah SWT sang Pencipta Cinta. Sampai la mati, akhirnya. Sang pemuda terhenyak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindudan do’a-do’anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas kuburan gadisnya. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya. Cantik. Sangat cantik dan jelita.

“Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku,” tanya sang gadis.

“Baik-baik saja. Kamu sendiri di sana bagaimana?” jawabnya sambil balik bertanya.

“Aku di sini dalam surga abadi, dalam nikmat dan hidup tanpa akhir,” jawab gadisnya.

“Doakan aku. Jangan pernah lupa padaku. Aku selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu?” tanya sang pemuda lagi.

“Aku juga tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdoa agar Allah menyatukan kita di surga. Teruslah beribadah. Sebentar lagi kamu akan menyusulku,” jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun menemui ajalnya. Dalam hujaman kecintaan kepada Rabbnya.

“Atas nama cinta ia memenangkan Allah atas dirinya sendiri, memenangkan iman atas syahwatnya sendiri. Atas nama cinta pula Allah mempertemukan mereka. Cinta selalu bekerja dengan cara itu”. Subhanallah.Tak ada yang dapat menafikan. Ia mati dalam seindah kematian. Energi cintanya mewariskan pengorbanan yang tulus.

Kisah Ayah Imam Syafii Mencari Rizki yang Halal

Seorang pemuda bernama Idris berjalan menyusuri sungai. Tiba-tiba ia melihat buah delima yang hanyut terbawa air. Ia ambil buah itu dan tanpa pikir panjang langsung memakannya.

Ketika Idris sudah menghabiskan setengah buah delima itu, baru terpikir olehnya, apakah yang dimakannya itu halal? Buah delima yang dimakan itu bukan miliknya.

Idris berhenti makan. Ia kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan aliran sungai, mencari dimana ada pohon delima.

Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini.

Idris lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya.

“Saya telah memakan buah delima anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah anda mengihlaskannya?” kata Idris.

Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak bisa semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada Idris.

Demi memelihara perutnya dari makanan yang tidak halal, Idris pun langsung menyanggupinya.

Sebulan berlalu begitu saja. Idris kemudian menemui pemilik kebun.

“Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah saya makan?”

“Tidak bisa, ada satu syarat lagi. Kamu harus menikahi putri saya; Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.”

Idris terdiam. Tapi dia harus memenuhi persyaratan itu.
Idris pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu.

Setelah akad nikah berlangsung, tuan pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui, namun seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Namanya Ruqoyyah.

Sang pemilik kebun tidak rela melepas Idris begitu saja; Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yangtidak halal.

Ia ambil Idris sebagai menantu,yang kelak memberinya cucu bernama Syafi’i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin di dunia. ( A. Khoirul Anam )
NU Online

Masya Allah!
Lantas bagaimana dgn makanan yg kita makan? :)

Selasa, 19 Februari 2013

~Langka Pahalane~

Nabi SAW sedang duduk berkumpul dengan beberapa sahabat lainnya. Tiba-tiba datang seorang lelaki menghadap beliau, setelah mengucap salam dan meminta ijin untuk bicara serta diijinkan, ia berkata,
“Wahai Rasulullah, bagaimana bila seseorang berjihad fi sabilillah, tetapi ia juga mengharapkan suatu tujuan/ ­kepentingan dunia (dalam perjuangannya itu) ??”
Nabi SAW berkata tegas, “Tidak ada pahala baginya!!”.

Para sahabat yang mendengar jawaban pendek dan tegas beliau itu merasa gentar hatinya, yakni antara takut dan khawatir. Salah seorang sahabat berkata pelan kepada lelaki itu, “Ulangilah pertanyaanmu kepada Nabi SAW, mungkin beliau belum jelas benar dengan maksud pertanyaanmu!!”
Lelaki penanya itu menuruti permintaan sang sahabat tetapi ia tidak mengubah redaksi (susunan kalimat) pertanyannya.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana bila seseorang berjihad fi sabilillah, tetapi ia juga mengharapkan suatu tujuan/ ­kepentingan dunia (dalam perjuangannya itu) ??”

Sekali lagi Nabi SAW berkata pendek dan tegas, “Tidak ada pahala baginya!!”

Seorang sahabat lainnya berkata pelan kepada lelaki penanya itu, “Ulangilah pertanyaanmu kepada Nabi SAW, mungkin engkau yang belum jelas dengan maksud pertanyaanmu itu!!”
Sahabat ini mungkin 'menangkap' maksud lain, yakni seseorang yang berjihad "Lillaahi ta'ala", tetapi terselip sedikit harapan, siapa tahu ia akan memperoleh ghanimah. Lelaki itu menuruti permintaan sahabat tersebut, tetapi ia tidak mengubah redaksi pertanyaannya. Ia mengulang pertanyaannya kepada Nabi SAW seperti semula, dan beliau tetap menjawab, “Tidak ada pahala baginya!!”

Amat merugi orang yang memperbanyak sujud namun agar dahinya hitam,rajin puasa dengan tujuan menyehatkan badan,atau orang yang pergi haji agar afdhol memakai kopyah putih.
Oleh karena itu, perbaiki niat sebelum beramal, jaga dalam perjalanan, lalu ­ jangan obral ibadah kecuali kepada orang yg bertanya yg ingin mendapatkan pelajaran!

KISAH PETANI WALI ALLAH

Kisah wali Allah kali ini adalah seorang petani shalih dari negeri Syiria. Pada Zaman asy-Syeikh al-Faqih al-Muthahhar Muhammad bin al-Asham terjadi sebuah kisah yang aneh dan menakjubkan tepatnya di daerah al-Humrah negeri Syiria. Di antara orang yang pernah mengunjungi Petani tersebut ialah asy-Syeikh Muhammad bin al-Asham.

Di sana tinggal seorang petani yang shalih dan suka berderma. Ia membangun sebuah masjid. Bila malam tiba ia senantiasa pergi ke masjidnya untuk sholat dan selalu membawa lampu dan berbekal santap malam. Jika Allah mentakdirkan ada orang yang membutuhkan sedekah, ia berikan bekal santap malamnya. Jika tidak ada, ia makan sendiri, baru kemudian melakukan sholat. Setiap hari demikian berlangsung terus.

Pada suatu saat Allah takdirkan di daerah ini terjadi krisis air. Banyak sumur yang kering, termasuk sumur miliknya. Petani itu dibantu oleh anak-anaknya bermaksud memperdalam sumurnya agar memperoleh air. Ketika ia sedang berada di dalam sumur tiba-tiba bibir sumur ambrol, sebongkah bibir sumur jatuh dan menguburnya.

Anak-anaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak berani melakukan penggalian mencari jasad ayahnya yang tertimbun, karena resikonya adalah nyawa mereka sendiri. Mereka pasrah, dan menjadikan di situlah kuburan ayahnya.

Enam tahun kemudian, anak-anaknya sedang memperbaiki sumur tersebut. Ketika penggalian sampai di bagian bawah, antara percaya dan tidak, mereka mendapati ayahnya masih hidup.

Berceritalah ayahnya: “Di dalam sumur itu ternyata ada goa, ketika dulu jatuh aku masuk ke dalam goa itu, aku tidak terkubur karena sebatang kayu mendahului jatuh di depan mulut goa sehingga menghalangi bongkahan–bongkahan bibir sumur yang ambruk. Di dalam goa amat gelap, beberapa saat kemudian Allah memberi pertolongan berupa munculnya sebuah lampu dan makanan yang biasa aku bawa ke masjid setiap malam, sehingga aku bisa bertahan hidup selama enam tahun”.

Tersiarlah peristiwa ini dan menjadi pelajaran yang berharga dan ramai diperbincangkan oleh manusia di pasar-pasar negeri Syiria.

(Lihat dalam Kitab al-Badru ath-Tholi’ juz 1 halaman 492 karya Imam Muhammad bin Ali asy-Syakani bab Biografi Ali bin Muhammad al-Bakri “Penulis Kitab Mathla’ al-Budur”).

WALI NIKAH NABI ADAM AS.

Manusia pertama yang diciptakan Allah Swt. adalah Nabi Adam As. Kemudian dari tulang rusuk Nabi Adam As. itu diciptakanlah Ibunda Hawa. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakah yang memberi nama Nabi Adam As. dan siapa yang menjadi wali pernikahannya dengan Ibunda Hawa?

Mengenai nama Nabi Adam As. Jelas Allah Swt. yang memberikan nama tersebut. Seperti yang tercantum dalam QS. al-Baqarah ayat 31:

وعلم أدم الأسماء كلها

“Dan Allah telah ajarkan kepada Adam segala nama-nama.”

Dalam hal ini tentunya nama Adam itu sendiri yang diajarkan oleh Allah Swt.

Selanjutnya, siapakah yang menjadi wali pernikahan antara Adam dan Hawa? Dalam kitab Assab’iyyat fi Mawa’idz al-Bariyyat karangan Abi Nashr Muhammad bin Abdurrahman al-Hamadzany pada Hamisynya al-Majalis as-Saniyyah halaman 111-112 menyatakan:

فناداهاادم من أنت ولمن أنت فقالت حواء: خلقنى الله تعالى لأجلك فقال ائتينى قالت بل أنت فقام ادم وهب اليها فمن ذلك الوقت جرت العادة بذهاب الرجل الى المرأة فلما قرب منها وأراد أن يمد يده اليها سمع النداء ياادم أمسك فان صحبتك مع حواء لاتحل الابالصداقة والنكاح ثم أمر سبحانه وتعالى سكان الجنة بأن يزينوها ويزخرفوها ويحضروها موائدالنثار وأطباقها ثم أمر ملائكة السموات بأن يجتمعوا تحت شجرة طوبى فاجتمعوا ثم اثنى الله بنفسه على نفسه وزوجها ادم عليه السلام فقال الله تعالى الحمد ثنائى والعظمة ازارى والكبرياء ردائى والخلق كلهم عبادى وامائى اشهد ملائكتى وسكان سمواتى زوجت حواء بأدم بديع فطرتى .اهـ .

“Setelah Allah Swt. menjadikan Hawwa dari tulang rusuk Adam yang sebelah kiri, maka diserunyalah Hawa: “Siapa engkau? Dan untuk siapa engkau?” Maka menjawablah Hawa: “Aku dijadikan Allah untuk keperluan engkau.” Maka kata Adam: “Marilah datang kepadaku.” Jawab Hawa: “Tidak. Engkaulah yang datang ke sini!” Lalu berdirilah Adam datang menghampiri Hawa. Sejak mulai itulah berlaku adat laki-laki mendatangi wanita. Maka tatkala Adam sudah mendekat kepada Hawa, dan Adam berkehendak memanjangkan tangannya kepada Hawa didengarnyalah suatu seruan: “Hai Adam. Tahan dulu! Sesungguhnya pergaulanmu dengan Hawa itu belum halal kecuali dengan maskawin dan nikah syah dan Allah memperintahkan semua penduduk surga menghiasi dan menghidangkan berbagai makanan lengkap dengan talamnya.” Kemudian Allah memerintahkan para Malaikat untuk berkumpul di bawah pohon kayu Thumba dan setelah berkumpul semuanya, maka bertasbihlah Allah Swt. dengan memuji diriNya sendiri dan dinikahkanlah Adam As. Maka Allah berfirman: “Alhamdu itulah pujiKu, kebesaran itulah kainKu, kesombongan itulah selendangKu, dan makhluk semua adalah hamba-hambaKu. Saksikanlah wahai para malaikat dan penduduk langitKu, Aku telah kawinkan Hawa dengan Adam makhluk buatanku yang baru.”

HIKMAH DI BALIK SEMUT SULAIMAN AS.

Siapa Gerangan Semut sulaiman?

1. Dia adalah semut wanita (Abu Hanifah) bernama yamhalun (ad-Damiri) juga bernama hazma/thahiyah/syahidah (Sulaiman al-Jamal), dan semut wanita ini pincang (al-Birmawy).

2. Ketika Sulaiman As. berhajat menunaikan sholat Istisqo' di lembah Naml, semut wanita nan pincang ini berkata kepada kaumnya: ''Wahai para semut masuklah ke sarang, hingga jangan sampai kalian hancur akibat Sulaiman dan kaumnya sedang mereka tidak tahu'' (an-Naml:18).

3. Semut ini lantas menjatuhkan diri di atas punggungnya seraya berdo'a: ''Wahai Alloh, aku adalah makhluk dari beberapa makhlukMu, tiada kecukupan bagi kami selain rizkiMu, maka jangan Engkau hancurkan kami akibat dosa-dosa anak Adam''. (Sulaiman al-Jamal).

4. Nabi Sulaiman As. lantas tersenyum dan berdo'a mengharap syukur dan ridha. (an-Naml:19).

5. Coba kita fikir polarisasi antara keduanya; manusia dan semut, laki-laki dan wanita, sempurna dan cacat, kaya raya dan fakir miskin, Nabi juga Rasul dan hamba, Raja adikuasa dan rakyat jelata.

6. Yang terhebat dari kisah ini adalah kehebatan Nabi Sulaiman As. yang mampu menggerus rasa ke-egois-annya, mematikan perasaannya. Pengendalian diri yang sempurna. Berbeda jauh dengan apa yang sering kita lihat, manusia yang penuh egois, tidak ada kebenaran apapun selain dia, tidak ada yang boleh berlaku kecuali dia, hingga tak satupun ada darinya yang boleh tersentuh.

7. Jika Anda berkata: ''Sulaiman kan Nabi, sementara kita orang biasa, mana bisa menirunya?''. Maka marilah kita jawab: ''Bahwa perbedaan status Nabi dan manusia biasa bukanlah sebuah alasan untuk melakukan tindakan yang tak benar. Perbedaan status janganlah menjadi tameng atas dihalalkannya tindakan buruk. Selebihnya adanya Nabi dan Rasul adalah akibat dari kedisiplinan, ketakwaan, dan ketaatan, bukan semata hadiah belaka dari Tuhan. Hingga di akhirat nanti setiap orang akan ditanya setiap amalnya tanpa ditanya statusnya. Jika Nabi sekaligus Raja adidaya yang memiliki segalanya bisa menghormati dan berendah diri terhadap semut, akankah Anda yang manusia biasa bercongkak diri, dan melakukan dosa dengan beralasan perbedaan status?''.

8. Kisah Nabi Sulaiman As. dan semut ini disebutkan dalam al-Qur'an sebagai keteladaan dalam menghormati, menghargai, menjaga dan rasa toleransi terhadap sesama makhluk Tuhan.

WASIAT HIKMAH IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ RA.

Al-Imam Sufyan ats-Tsaury berkata: “Aku mendatangi al-Imam Ja’far ash-Shadiq Ra., lalu aku bertanya kepadanya: “Wahai cucu Rasulullah, berilah aku wasiat.”

Maka beliau berkata: “Wahai Sufyan ketahuilah:

1. Tidak ada harga diri bagi pendusta
2. Tidak ada ketenangan bagi pendengki
3. Tidak ada persahabatan bagi orang yang tak berpendirian
4. Tidak ada kemuliaan bagi orang yang buruk akhlaknya.”

Lalu aku berkata: “Wahai cucu Rasulullah, tambahkanlah untukku.”

Beliau berkata: “Wahai Sufyan:

1. Jagalah dirimu dari hal-hal yang diharamkan Allah, maka engkau akan menjadi ahli ibadah.
2. Relalah terhadap pemberian Allah kepadamu maka kau akan menjadi seorang muslim yang sempurna.
3. Bersahabatlah dengan manusia dengan sesuatu yang dengan itu pula engkau menginginkan orang lain bersahabat denganmu, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang sempurna.
4. Janganlah engkau bersahabat dengan pendosa, maka dia akan mengajarmu perbuatan dosanya. Dan musyawarahkanlah permasalahanmu kepada orang yang takut kepada Allah.”

Aku berkata: “Wahai cucu Rasulullah tambahkanlah untukku.”

Beliau berkata: “Wahai Sufyan, barangsiapa menginginkan kemuliaan tanpa pengikut, dan kebesaran tanpa jabatan, maka hendaknya dia keluar dari kehinaan bermaksiat kepada Allah menuju kepada kemuliaan taat kepada Allah.”

Aku berkata: “Wahai cucu Rasulullah, tambahkanlah untukku.”

Beliau berkata: “Ayahku mengajarkan tiga adab kepadaku dan menambahkan tiga lagi:

1. Barangsiapa bersahabat dengan teman yang buruk, dia tidak akan selamat.
2. Barangsiapa masuk ke tempat buruk, dia akan menjadi tertuduh.
3. Barangsiapa tidak dapat menjaga lisannya, maka dia akan menyesal.”

Kemudian Sufyan bertanya lagi tentang tiga hal yang lain. Beliau menjawab: “Ayahku berkata bahwa sesungguhnya harus diwaspadai kepada:

1. Pendengki suatu nikmat
2. Orang yang bergembira atas maksiat
3. Pengadu domba.”

Dinukil dari Kitab Manhaj as-Sawi karya al-Faqih al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith

Air, Benda Mati Itu Hidup

Dulu waktu SD, kita diajarkan sebuah pelajaran tentang konsep benda mati dan benda hidup. Jelas sekali disebutkan bahwa selain manusia, binatang dan tumbuhan; semuanya adalah benda mati.

Logika itu melekat terus sampai SMP, hingga akhirnya saya membaca buku “winnetou” Indian suku Apache yang gagah berani. Dalam buku tersebut terselip budaya Indian yang mempercayai bahwa benda-benda seperti angin, gunung dan sebagainya itu mempunyai spirit. Imajinasi saya pun melayang-layang, kemudian saya sering berkhayal berdialog dengan awan di langit. Dan semua saya beri nama, sampai sepatu saya pun, saya beri nama “si Gemuk”, persis seperti kebiasaan suku Indian di dalam buku tersebut.

Kemudian waktu berselang. Pendek cerita Ustaz doddy membawa buku tentang penelitian DR Masaru Emoto, tentang air. Menarik sekali karena air yang kita minum atau air apapun juga, jika kita katakan kepada air tersebut “kamu bodoh”, maka reaksi dari air tersebut setelah diteliti molekulnya berubah menjadi buruk. Dan jika dikatakan “mari bekerja” molekulnya akan lebih baik daripada jika dikatakan “kerjakan!”

Dan yang lebih mencengangkan lagi, air juga bereaksi terhadap doa. Jika air didekatkan dengan doa maka molekulnya berubah menjadi heksagonal dan berwarna emas. Dalam penelitian fenomenal ini , DR Masaru Emoto menyimpulkan bahwa kita, manusia sebaiknya berbaik-baik terhadap air, dan karena manusia 70 persen terdiri dari air, maka menurut DR tersebut otomatis kita harus berucap kata yang santun terhadap manusia. Karena jika tidak molekul air didalam tubuhnya akan berubah menjadi buruk dan akan membawa dampak pengaruh orang itu akan menjadi marah.

Rasullullah SAW dengan ketinggian ilmunya 14 abad yang lalu menyatakan kepada Aisyah RA; “Wahai Aisyah, jika engkau ingin minum hendaklah mengucapkanlah Bismillah, dan jika air itu mengalir ke dalam perutmu dan tidak terjadi apa-apa ucapkanlah Alhamdulillah”.

Artinya Rasul sangat mengerti bahwa air itu makhluk Allah, yang ketika kita mengucapkan Bismillah maka air itu akan tunduk kepada kita, karena kita meminta izin langsung kepada pemilik semesta alam, yang menciptakan air tersebut. Dan dalam hadis lain Rasul SAW bersabda; “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan yang baik-baik atau diam”.(HR Bukhari) Artinya sesama manusia kita tidak diperbolehkan mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakitkan orang lain. Subhanallah.

Barulah saya menyadari bahwa Islam telah jelas menyatakan 14 abad yang lalu, bahkan jauh dari sebelum itu bahwa seluruh yang diciptakan Allah disebut dengan makhluk Allah SWT. Dan mereka bertasbih kepada Allah, yang artinya mereka semuanya hidup. Sebagaimana ayat “Bertasbih kepada-NYA apa yang ada di langit dan di bumi.” (QS Al Hasyr [QS 59;24]).

Seluruh makhluk Allah bertasbih, gugusan bintang (al buruj), bintang (an Najm), bumi ( Al ard), gunung (jabal), angin, awan seluruhnya yang ada di langit dan dibumi semua bertasbih kepada Allah. Dan saat ini mereka ditundukkan oleh Allah untuk kepentingan manusia. Hal itu sebagaimana ayat;“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadaNYA…”. Surat Al Jatsiyah (QS 45:13).

DR Masaru Emoto meneliti air tersebut karena dia mengalami suatu penyakit di kakinya yang sulit sekali disembuhkan, dan dia tercengang karena dengan basuhan air yang di “treatment” tersebut kakinya bisa sembuh. Berarti tidak mengherankan jika fenomena air doa yang sering kita lihat atau bahkan alami disekitar kita. Banyak sekali penyembuhan lewat air yang didoakan, mungkin pendekatan logikanya mirip dengan penelitian DR Masaru Emoto tersebut. Namun tetaplah Allah SWT yang Maha menyembuhkan dan atas seizin Allah kesembuhan itu terjadi. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis:

"Setiap penyakit ada obatnya. Bila penyakit dikenai obat, niscaya akan sembuh atas izin Allah Azza wa Jalla." (HR. Imam Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah).

Rasulullah juga mengajarkan banyak doa kesembuhan yang diriwayatkan dalam berbagai hadis, yang antara lain:

"Ya Allah, Tuhan sekalian manusia, hilangkanlah penyakit ini karena hanya Engkaulah Maha Penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkannya kecuali ijin Engkau." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemudian jika kita lebih jauh membahas air, ternyata air yang ada didunia ini adalah air yang sama dengan air dari zaman Nabi Nuh. Karena beberapa ulama menyebutkan air pada zaman Nabi Nuh ditambahkan langsung oleh Allah SWT dari langit, sehubungan peristiwa air bah atau banjir besar pada zaman Nabi Nuh AS.

Namun setelah itu air itu mempunyai water cycle dengan sangat teratur; pertama hujan turun, kemudian air yang ada di gunung, bukit, semua mengalir, yang didalam tanah menjadi air tanah, yang diatas menjadi mata air, mengalir ke air terjun, sungai sampai terus bermuara ke laut. Lalu terjadi evaporasi atau penguapan air, yang kemudian butir-butir air akan menjadi hujan lagi. Begitulah penjelasan sederhananya. Karena itulah mungkin pemahamannya bahwa air bisa bereaksi hampir kepada seluruh bahasa. Wallahu a’lam

Subhanallah wal hamdulillah, satu lagi tabir yang terbuka setelah sekian banyak tabir yang Alloh bukakan kepada kita. Dan lewat ilmu pengetahuan, kita semakin dapat memahami tanda-tanda kebesaran Alloh Azza wa Jalla.

Sebagaimana ayat: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu" (QS. Fushilat, 41 : 53)

Setelah membaca dan mengkaji tentang air ini, kemudian sambil masih mencoba mengendapkan informasi tentang air, mulut ini bergumam, “Subhanallah, ternyata air, benda mati itu hidup”.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

PESAN SAHABAT

10 PESAN DARI SAYYIDINA ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ, SAYYIDINA UMAR BIN KHATHTHAB, SAYYIDINA UTSMAN BIN AFFAN DAN SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB


Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh mengatakan, “tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;

1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana’ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,

6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat.”

Sayyidina Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal belum menjadi baik tanpa dibarengi dengan 10 hal lainnya, yaitu ;

1. Akal belum baik tanpa dibarengi dengan sikap wira’i,
2. Amal (perbuatan) belum baik tanpa dibarengi dengan ilmu,
3. Keberuntungan belum baik tanpa dibarengi dengan takwa kepada Allah,
4. Penguasa belum baik tanpa dibarengi dengan keadilan,
5. Reputasi belum baik tanpa dibarengi dengan adab (kesopanan),
6. Kesenangan belum baik (nyaman) tanpa dibarengi dengan keamanan,
7. Kekayaan belum baik tanpa dibarengi sikap dermawan,
8. Kefaqiran belum baik hingga disertai dengan sikap qana’ah,
9. Ketinggian nasab belum baik tanpa dibarengi dengan sikap tawadhu’,
10. Perjuangan menuju kebenaran belum baik tanpa di iringi taufik Allah.”

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;

1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).”

Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,

1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”